“Pengorbananku selama ini untuknya tak dihargai, tak ada respon darinya. Haruskah aku terus mengalah dan mengharap untuk mendapatkan cintanya. Sementara aku harus mengorbankan segalanya hanya untuk dirinya seorang.”
Desta adalah anak tunggal dari keluarga Pak Dibyo,
keluarga yang terpandang di kompleks tempat dimana mereka tinggal. Desta selalu
hidup penuh kemewahan dan penuh kasih sayang. Ibunya sangat memanjakannya.
Hingga suatu ketika ayah Desta mengalami masalah yang sangat berat, sampai –
sampai harus pindah, karena Pak Dibyo bangkrut di perusahaannya. Mereka harus
merelakan semua aset perusahaan termasuk rumah yang harus disita.
Sekarang
keluarga Pak Dibyo tinggal di salah satu Desa yang cukup untuk membangun rumah
untuk keluarganya. Semua surat pemindahan sekolah Desta sudah diurus oleh
ayahnya.
“Des,
ayah sudah mengurus pemindahan sekolahmu,” pesan Pak Dibyo pada Desta sambil
menepuk – nepuk pundak Desta.
“Iya
Yah, terima kasih,” jawab Desta, memegang tangan ayahnya yang ada di pundaknya.
“Mulai
besok, kamu sudah bisa masuk sekolah, pesan ayah, jangan nakal dan baik – baik
di sekolah. Kasihani orang tuamu, sekarang kondisi ayahmu sudah berbeda dengan
yang dulu.”
“Iya
Yah, Desta mengerti kok,” Desta memeluk ayahnya dengan erat dan menghapus air
mata yang mulai mengalir di pipinya.
Sebelum pindah di Desa, Desta sudah mempunyai kenalan
yang bertempat tinggal di daerahnya. Namanya Gesha, dia adalah seorang lesbian.
Desta tau kalau Gesha tak normal, tetapi Desta merasa cocok. Meskipun hanya
lewat dumay (Dunia Maya) mereka berkomunikasi dan berkenalan.
Sebelumnya
mereka sudah pernah bertemu, waktu melihat konser band Kotak. Gesha ngefans
dengan Group Band Kotak ini, dan Desta pun kebetulan juga ngefans dengan Kotak.
Hubungan
Gesha dengan Desta berjalan sangat akrab sekali. Dan sampai Desta pindah, Gesha
semakin mempererat hubungan pertemanan mereka. Apalagi tempat tinggal Desta
yang sekarang dekat dengan tempat tinggal Gesha. Dan mereka sering keluar maen
bareng, dari seringnya mereka bertemu yang akhirnya terlahir ketertarikan Desta
dengan Gesha. Sampai saat ini Desta belum dapat mengungkapkan isi hatinya,
kalau dia suka kepadanya. Karena Desta mengetahui dan paham kalau Gesha sudah
dimiliki oleh orang lain.
“Gesh
..., hari ini temenin aku nongkrong yuk !?” pesan singkat yang dikirimkan Santi
lewan handphone.
“Oke,
San ... ntar aku jemput kamu,” menanggapi ajakan Santi dengan senang.
“Yups,
tak tunggu sayang.”
“See
you, Santi sayang,” balas Gesha mesra.
Gesha
segera menuju ke rumah Santi untuk menjemputnya. Mereka pasangan yang tak
wajar. Mungkin karena ketidakjelasan dan mental mereka yang kurang baik.
Pagi
hari yang mendung ...
Desta
bersiap – siap pergi ke sekolah barunya. Hari pertama dia masuk, harus tampil
seperfect mungkin. Sebagai murid baru, dia merasa asing dengan suasana di
sekolah barunya.
“Selamat
pagi anak – anak !” sapa Pak Wanto kepada semua murid X-8.
“Pagi Pak ...” jawab serentak semua murid X-8.
“Hari
ini, kita kedatangan siswa baru,” Pak Wanto menepuk – nepuk pundak Desta.
“Ayo,
nak perkenalkan namamu !”
“Baik
Pak, perkenalkan nama saya Desta Eka Prambudi, alamat Ds. Balerejo, Kec.
Kauman, Tulungagung. Saya pindahan dari Surabaya. Saya mohon bimbingannya dan
salam kenal dari Desta. Terima kasih,” senyum Desta berharap bisa mengenal
mereka.
“Salam
kenal juga Desta,” balas salah satu siswi yang memperhatikan Desta sejak tadi,
tanpa bergumim.
Desta
segera duduk di bangkunya, pelajaran dimulai 4 jam berjalan lumayan
menegangkan.
Tiwi,
siswi yang mempunyai perhatian lebih ke Desta, sering mencuri pandang
dengannya. Desta hanya membalas senyum Tiwi, karena mereka belum mengenal satu
sama lain.
“Gesha,
kamu udah makan belum ?” pesan dikirimkan Desta untuk Gesha. Sudah cukup lama
Desta menunggu balasan pesannya dari Gesha. Dia khawatir, kenapa Gesha tidak
membalas pesannya. Karena kesal menunggu, pulang sekolah Desta langsung cabut
ke rumah Gesha. Bunyi motor Desta terdengar dari rumah Gesha, berjalan
mendekati rumah Gesha. Gesha yang saat itu di rumah dengan Santi, sedang asyik
berpacaran, tak mengetahui kedatangan Desta.
“Gesha
...,” panggil Desta dari depan pintu, yang melihat Gesha dengan santi
sedang berpacaran. Tersirat rasa cemburu dan kecewa di wajah Desta melihat
kelakuan mereka.
“Gesha
... Gesha ... permisi,” Desta mengencangkan suaranya. Mereka tersentak kaget
akan kedatangan Desta yang secara tiba – tiba.
“Hay, Des, ayo masuk ... duduk sini,” menyilahkan Desta
untuk duduk.
Dalam
hati, Desta sangat mencintai Gesha. Meskipun dengan keadaan Gesha tak seperti
perempuan yang umumnya, dia ingin merubah Gesha. Tetapi kenapa sulit sekali
untuk membuat Gesha tertarik pada laki – laki.
Di sebuah penantian ...
Sore yang cerah, Desta menanti Gesha di rumahnya.
Rencananya, Desta mau nganter Gesha ke Surabaya. Itupun Desta selangkan
waktunya untuk mengantar Gesha.
“Ayo, berangkat Des ...,” Gesha memakai helmnya.
Desta
segera beranjak dan menghidupkan motornya. Segera menancap gasnya menuju
Surabaya. Sudah ketiga kalinya Desta mengantar Gesha ke Surabaya, toh kadang
hanya acara maen, liat – liat kota, atau hanya sekedar jalan – jalan. Dalam
perjalanan yang sangat jauh Gesha mencurahkan kepenatannya dalam menjalani
hidupnya yang tak normal. Sebenarnya dia sadar akan keanehannya, tetapi dia tak
bisa tertarik pada sosok laki – laki ? Padahal semua pengorbanan Desta
kepadanya begitu tulus sebagai tanda besar cinta Desta kepadanya. Bagaimana
dengan Santi, pacar Gesha, yang bertentangan akan hubungan mereka yang dilarang
oleh agama. Desta sangat berharap Gesha kembali normal menjadi perempuan yang
dapat mencintai pria bukan sebaliknya.
“Gesha,
kita istirahat dulu ya, aku capek,” Desta membelokkan motornya di pinggir
jalan, depan warung es degan.
“Buk’e,
es degannya 2 ya,” Desta mencopot helmnya dan duduk di samping Gesha yang
sedang melepas jacketnya. Mereka beristirahat sambil menimati segelas es degan
di pinggir hamparan sawah nan sejuk. Desta kini tak tahan menahan ingin
mengungkapkan isi hatinya kepada Gesha. Tapi ada keraguan dalam diri Desta,
kalau dia bakalan sakit hati mendengar jawaban Gesha.
“Ada
apa Des, kamu kok bengong ?” tanya Gesha padanya.
“Ehgh ... m ... ndak ... ndak ada apa – apa kok,” Desta
salah tingkah menjawab pertanyaan Gesha.
“Trus, kenapa bengong.”
“Aku capek Gesh ...”
Setelah kurang lebih setengah jam mereka beristirahat,
mereka kembali meneruskan perjalanannya. Desta tak berani mengungkapkan apa
yang dia rasa, dengan segala penantiannya dia harus menahan kembali. Destapun
berharap agar Gesha tau akan semua hal yang Desta sembunyikan padanya.
“Apa
semua tingkahku ini tak terlihat dan terbaca oleh mata hatinya, sampai kapan
aku tahan untuk menyimpannya. Aku ingin kamu berubah Gesha, seandainya kau
merasanya,” Desta hanya bisa bergumim di dalam lubuk hatinya yang paling dalam,
menuju Surabaya membonceng Gesha, perempuan yang ia maksud.
“Kenapa aku harus mencintai Santi, kenapa aku tak bisa mencintai pria.
Bodoh ... bodoh, aku emang bodoh,” Gesha menangis dalam hati, karena dia tak
mampu mengendalikan apa yang seharusnya dan sewajarnya ia lakukan.by: Ria Andriani in wartanusantara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar