Selasa, 03 Juli 2012

TAK TERLIHAT DI MATANYA



“Pengorbananku selama ini untuknya tak dihargai, tak ada respon darinya. Haruskah aku terus mengalah dan mengharap untuk mendapatkan cintanya. Sementara aku harus mengorbankan segalanya hanya untuk dirinya seorang.”
Desta adalah anak tunggal dari keluarga Pak Dibyo, keluarga yang terpandang di kompleks tempat dimana mereka tinggal. Desta selalu hidup penuh kemewahan dan penuh kasih sayang. Ibunya sangat memanjakannya. Hingga suatu ketika ayah Desta mengalami masalah yang sangat berat, sampai – sampai harus pindah, karena Pak Dibyo bangkrut di perusahaannya. Mereka harus merelakan semua aset perusahaan termasuk rumah yang harus disita.
Sekarang keluarga Pak Dibyo tinggal di salah satu Desa yang cukup untuk membangun rumah untuk keluarganya. Semua surat pemindahan sekolah Desta sudah diurus oleh ayahnya.
“Des, ayah sudah mengurus pemindahan sekolahmu,” pesan Pak Dibyo pada Desta sambil menepuk – nepuk pundak Desta.
“Iya Yah, terima kasih,” jawab Desta, memegang tangan ayahnya yang ada di pundaknya.
“Mulai besok, kamu sudah bisa masuk sekolah, pesan ayah, jangan nakal dan baik – baik di sekolah. Kasihani orang tuamu, sekarang kondisi ayahmu sudah berbeda dengan yang dulu.”
“Iya Yah, Desta mengerti kok,” Desta memeluk ayahnya dengan erat dan menghapus air mata yang mulai mengalir di pipinya.
Sebelum pindah di Desa, Desta sudah mempunyai kenalan yang bertempat tinggal di daerahnya. Namanya Gesha, dia adalah seorang lesbian. Desta tau kalau Gesha tak normal, tetapi Desta merasa cocok. Meskipun hanya lewat dumay (Dunia Maya) mereka berkomunikasi dan berkenalan.
Sebelumnya mereka sudah pernah bertemu, waktu melihat konser band Kotak. Gesha ngefans dengan Group Band Kotak ini, dan Desta pun kebetulan juga ngefans dengan Kotak.
Hubungan Gesha dengan Desta berjalan sangat akrab sekali. Dan sampai Desta pindah, Gesha semakin mempererat hubungan pertemanan mereka. Apalagi tempat tinggal Desta yang sekarang dekat dengan tempat tinggal Gesha. Dan mereka sering keluar maen bareng, dari seringnya mereka bertemu yang akhirnya terlahir ketertarikan Desta dengan Gesha. Sampai saat ini Desta belum dapat mengungkapkan isi hatinya, kalau dia suka kepadanya. Karena Desta mengetahui dan paham kalau Gesha sudah dimiliki oleh orang lain.
“Gesh ..., hari ini temenin aku nongkrong yuk !?” pesan singkat yang dikirimkan Santi lewan handphone.
“Oke, San ... ntar aku jemput kamu,” menanggapi ajakan Santi dengan senang.
“Yups, tak tunggu sayang.”
“See you, Santi sayang,” balas Gesha mesra.
Gesha segera menuju ke rumah Santi untuk menjemputnya. Mereka pasangan yang tak wajar. Mungkin karena ketidakjelasan dan mental mereka yang kurang baik.
Pagi hari yang mendung ...
Desta bersiap – siap pergi ke sekolah barunya. Hari pertama dia masuk, harus tampil seperfect mungkin. Sebagai murid baru, dia merasa asing dengan suasana di sekolah barunya.
“Selamat pagi anak – anak !” sapa Pak Wanto kepada semua murid X-8.
“Pagi Pak ...” jawab serentak semua murid X-8.
“Hari ini, kita kedatangan siswa baru,” Pak Wanto menepuk – nepuk pundak Desta.
“Ayo, nak perkenalkan namamu !”
“Baik Pak, perkenalkan nama saya Desta Eka Prambudi, alamat  Ds. Balerejo, Kec. Kauman, Tulungagung. Saya pindahan dari Surabaya. Saya mohon bimbingannya dan salam kenal dari Desta. Terima kasih,” senyum Desta berharap bisa mengenal mereka.
“Salam kenal juga Desta,” balas salah satu siswi yang memperhatikan Desta sejak tadi, tanpa bergumim.
Desta segera duduk di bangkunya, pelajaran dimulai 4 jam berjalan lumayan menegangkan.
Tiwi, siswi yang mempunyai perhatian lebih ke Desta, sering mencuri pandang dengannya. Desta hanya membalas senyum Tiwi, karena mereka belum mengenal satu sama lain.
“Gesha, kamu udah makan belum ?” pesan dikirimkan Desta untuk Gesha. Sudah cukup lama Desta menunggu balasan pesannya dari Gesha. Dia khawatir, kenapa Gesha tidak membalas pesannya. Karena kesal menunggu, pulang sekolah Desta langsung cabut ke rumah Gesha. Bunyi motor Desta terdengar dari rumah Gesha, berjalan mendekati rumah Gesha. Gesha yang saat itu di rumah dengan Santi, sedang asyik berpacaran, tak mengetahui kedatangan Desta.
“Gesha ...,” panggil Desta dari depan pintu, yang melihat Gesha dengan  santi sedang berpacaran. Tersirat rasa cemburu dan kecewa di wajah Desta melihat kelakuan mereka.
“Gesha ... Gesha ... permisi,” Desta mengencangkan suaranya. Mereka tersentak kaget akan kedatangan Desta yang secara tiba – tiba.
“Hay, Des, ayo masuk ... duduk sini,” menyilahkan Desta untuk duduk.
Dalam hati, Desta sangat mencintai Gesha. Meskipun dengan keadaan Gesha tak seperti perempuan yang umumnya, dia ingin merubah Gesha. Tetapi kenapa sulit sekali untuk membuat Gesha tertarik pada laki – laki.
Di sebuah penantian ...
Sore yang cerah, Desta menanti Gesha di rumahnya. Rencananya, Desta mau nganter Gesha  ke Surabaya. Itupun Desta selangkan waktunya untuk mengantar Gesha.
“Ayo, berangkat Des ...,” Gesha memakai helmnya.
Desta segera beranjak dan menghidupkan motornya. Segera menancap gasnya menuju Surabaya. Sudah ketiga kalinya Desta mengantar Gesha ke Surabaya, toh kadang hanya acara maen, liat – liat kota, atau hanya sekedar jalan – jalan. Dalam perjalanan yang sangat jauh Gesha mencurahkan kepenatannya dalam menjalani hidupnya yang tak normal. Sebenarnya dia sadar akan keanehannya, tetapi dia tak bisa tertarik pada sosok laki – laki ? Padahal semua pengorbanan Desta kepadanya begitu tulus sebagai tanda besar cinta Desta kepadanya. Bagaimana dengan Santi, pacar Gesha, yang bertentangan akan hubungan mereka yang dilarang oleh agama. Desta sangat berharap Gesha kembali normal menjadi perempuan yang dapat mencintai pria bukan sebaliknya.
“Gesha, kita istirahat dulu ya, aku capek,” Desta membelokkan motornya di pinggir jalan, depan warung es degan.
“Buk’e, es degannya 2 ya,” Desta mencopot helmnya dan duduk di samping Gesha yang sedang melepas jacketnya. Mereka beristirahat sambil menimati segelas es degan di pinggir hamparan sawah nan sejuk. Desta kini tak tahan menahan ingin mengungkapkan isi hatinya kepada Gesha. Tapi ada keraguan dalam diri Desta, kalau dia bakalan sakit hati mendengar jawaban Gesha.
“Ada apa Des, kamu kok bengong ?” tanya Gesha padanya.
“Ehgh ... m ... ndak ... ndak ada apa – apa kok,” Desta salah tingkah menjawab pertanyaan Gesha.
“Trus, kenapa bengong.”
“Aku capek Gesh ...”
Setelah kurang lebih setengah jam mereka beristirahat, mereka kembali meneruskan perjalanannya. Desta tak berani mengungkapkan apa yang dia rasa, dengan segala penantiannya dia harus menahan kembali. Destapun berharap agar Gesha tau akan semua hal yang Desta sembunyikan padanya.
“Apa semua tingkahku ini tak terlihat dan terbaca oleh mata hatinya, sampai kapan aku tahan untuk menyimpannya. Aku ingin kamu berubah Gesha, seandainya kau merasanya,” Desta hanya bisa bergumim di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, menuju Surabaya membonceng Gesha, perempuan yang ia maksud.
“Kenapa aku harus mencintai Santi, kenapa aku tak bisa mencintai pria. Bodoh ... bodoh, aku emang bodoh,” Gesha menangis dalam hati, karena dia tak mampu mengendalikan apa yang seharusnya dan sewajarnya ia lakukan.
by:  Ria Andriani in wartanusantara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar