Kamis, 05 Juli 2012

Menyusun Skripsi Diawali dengan Menulis Karya Ilmiah





Mahasiswa sering mengeluh tentang sulitnya proses menyusun tugas akhir atau skripsi. Mulai dari memilih masalah penelitian, penentuan judul, proses penelitian, sampai proses bimbingan dan penulisan. Bisa dikatakan, menyusun skripsi menentukan hidup mati mahasiswa, kalau tidak mengikuti prosedur, maka tamat riwayatnya. Sebagian mahasiswa mengeluh proses ini terlalu berat, bahkan menganggap skripsi adalah "momok" atau "hantu" yang menakutkan.

Itulah masalah yang sering dialami oleh mahasiswa di UNP Kediri. Berdasarkan pengamatan, salah satu penyebab masalah tersebut adalah kurangnya kegiatan penelitian bagi mahasiswa. Secara personal, banyak mahasiswa yang menganggap bahwa penelitian bukanlah sesuatu yang menarik atau bahkan penelitian bukanlah kegiatan yang menyenagkan. Mereka hanya tahu bahwa penelitian hanya dilaksanakan saat penyusunan tugas akhir atau skripsi. Secara general, para dosen jarang memberikan bimbingan kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian secara mandiri. Ditambah lagi, Lembaga Penelitian yang kurang aktif menyelenggarakan kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat universitas, sebagai bentuk pembinaan secara umum dan koordinasi antar fakultas dan program studi.

Masalah tersebut seharusnya menjadi perhatian serius pihak lembaga; baik rektor, pembantu rektor I bidang akademik, ketua Lembaga Penelitian, serta ketua Program Studi. Sesuai dengan visi dan misi universitas, membentuk SDM yang berkualitas, maka harus ada tindakan nyata yang harus dilaksanakan oleh lembaga sebagai bentuk pembimbingan penelitian ilmiah  sebagai wujud Tri Darma Perguruan Tinggi. Salah satu, tindakan yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat universitas pada moment tertentu, misal Dies Natalis UNP Kediri. Dengan koordinasi antar fakultas dan program studi, universitas dapat menyelenggarakan kegiatan tersebut rutin setiap tahun. Tentu dengan target peserta dan reward  yang dapat memotivasi kegiatan penelitian mahasiswa.

Pengalaman pribadi saat masih menjadi mahasiswa, ketika mengikuti kegiatan Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa (PPKTIM) yang diselenggarakan Kopertis Wilayah VII Jawa Timur, saya banyak mengalami kesulitan. Secara pemahaman, saya belum pernah mendapatkan teori dan praktik penulisan karya ilmiah secara aktif. Secara pengalaman, berdasarkan pengamatan saya para perseta dari perguruan tinggi lain banyak menguasai teori dan melakukan kegiatan penulisan karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi masing-masing.

Kegiatan penelitian atau penulisan karya ilmiah akan memberikan pengalaman pada mahasiswa sehingga mempermudah penyusunan tugas akhir atau skripsi. Banyak hikmah bagi para mahasiswa sebagai calon pendidik atau profesi guru seperti di UNP Kediri dalam kegiatan penelitian. Penulisan karya ilmiah adalah proses pembelajaran untuk melatih otak (intelektual) dan emosional (psikologis), seperti: melatih berpikir ilmiah, melatih menulis, melatih kejujuran, melatih kerja keras, melatih kedisiplinan, melatih kesabaran.

Pertama, melatih berpikir ilmiah. Penulisan karya ilmiah merupakan program penelitian ilmiah, maka dengan adanya kegiatan tersebut mahasiswa diajak untuk belajar bagaimana berpikir ilmiah yakni rasional (masuk akal), empiris (berdasar pada fakta), dan sistematis (bertahap). Bayangkan jika seorang mahasiswa memiliki nilai-nilai seperti itu di dalam dirinya, maka ia akan menjadi seorang pengambil keputusan yang hebat, misalnya ketika menjadi pendidik atau menjadi pimpinan di tempat ia bekerja. Karena sudah dibiasakan berproses ilmiah maka tidak ada masalah baginya untuk mengambil keputusan untuk sesuatu hal.

Kedua, melatih menulis. Penelitian merupakan aktivitas menulis, mengkonsep, yang tidak bisa dihindarkan dari diri kita. Begitu juga saat berada di dunia kerja, sebagai pemimpin harus dapat mengkonsep rencana-rencana strategis bagi organisasinya, dan sebagai pendidik yang kerap mengikuti instruksi pimpinan atau mengkonsep sesuatu untuk keperluan tugas. Bayangkan, jika saat menjadi mahasiswa tidak pernah dibiasakan menulis, maka kegiatan konsep-mengkonsep akan menjadi permasalahan yang cukup berarti.

Ketiga, melatih kejujuran. Penelitian adalah proses pembelajaran kejujuran. Mengumpulkan data harus jujur, mengolah data harus jujur, demikian juga menganalisis data. Ada praktik-praktik bahwa penulisan karya ilmiah mahasiswa dalam hal ini penyusunan skripsi tidak dirancang dengan keringat mereka sendiri. Mereka datang ke rental komputer dan membayar dengan sejumlah uang tertentu. Ini artinya mahasiswa tidak bertindak jujur. Skripsi adalah milik mahasiswa sendiri, maka yang mengerjakannyapun harus sendiri. Analoginya, ketika mahasiswa nanti sudah menikah dan ingin punya anak, bukankah ia yang berproduksi sendiri? Tidak minta orang lain untuk membuatkannya bukan?

Keempat, melatih kerja keras. Orang-orang yang sukses di dunia ini adalah mereka yang bekerja keras. Hampir tidak pernah kita mendengar ada orang malas tapi sukses dalam kehidupannya. Penelitian adalah proses untuk belajar bekerja keras. Seorang mahasiswa harus meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengumpulkan referensi, datang ke lokasi penelitian, mengumpulkan data, mengolah data, menganalisis data, bimbingan, dan seterusnya. Hanya mahasiswa-mahasiswa yang punya keinginan keras yang bisa selesai dengan baik. Bayangkan bagaimana jika seorang mahasiswa hanya malas-malasan di kost, menonton TV, sibuk keluyuran atau pacaran, tetapi malas untuk melakukan penelitian misal mengerjakan tugas akhir atau skripsia, mereka akan tertinggal dibanding dengan rekan-rekan yang bekerja keras memanfaatkan waktu mereka. Kadang-kadang ada mahasiswa yang tidak memiliki jiwa berjuang, gigih, dan mau berkorban. Mereka hanya berharap pertolongan orang lain, tidak memiliki keyakinan jika dirinya pun bisa melakukan.

Kelima, melatih kedisiplinan. Orang yang sukses adalah orang yang disiplin. Sekolah-sekolah ternama dan profesional membutuhkan orang-orang seperti ini. Seandainya sekolah tidak menerapkan disiplin, maka pekerjaan akan terbengkalai dan ini akan menjadi catatan merah seorang pendidik atau guru dengan predikat tidak profesional. Demikian halnya dalam kegiatan penulisan karya ilmiah. Proses mengerjakan penulisan karya tulis ilmiah memerlukan kedisiplinan tinggi. Kita harus pandai merencanakan waktu dan taat kepada rencana yang telah dibuat. Misalnya kapan harus mengajukan judul, proses pengumpulan data, dan bimbingan dengan dosen. Selesai bimbingan dengan dosen, kita perlu memaksakan diri untuk segera menyempurnakan hasil koreksi dosen agar karya tulis ilmiah selesai sesuai target.

Keenam, melatih kesabaran. Kadang-kadang proses skripsi cukup menyita emosional, seperti timbulnya stress karena menerima amarah dari dosen, kritisnya dosen dalam membimbing, belum lagi jika mengalami kesulitan dalam menjumpai dosen. Sebagai seorang manusia normal maka akan timbul feedback berupa benci, marah, dendam, dan perilaku psikologis lainnya kepada sang dosen. Namun tentu saja sebagai murid perlu patuh dan taat kepada sang dosen. Kita perlu bersikap bagaimana agar sang dosen tidak marah kepada kita saat berbicara kepada mereka, menemui, menelpon, atau memohon waktu kepadanya untuk bisa membimbing penelitian. Bagi sebagian dosen yang memiliki frekuensi kesibukan cukup tinggi, tentu akan mudah terpancing emosinya. Mahasiswa perlu memahami hal tersebut. Anggap saja angin lalu jika dosen meluapkan emosi. Paling-paling hanya sebatas itu saja, jarang ditemui dosen membawa emosinya sepanjang waktu, ia mudah melupakan kejadian sebelumnya. Hari-hari mendatang ia akan bersikap normal kembali.

Banyak kemanfaatan lain dari kegiatan penelitian yang tidak mungkin diurai satu persatu. Contoh-contoh di atas adalah proses pembelajaran saat berada dalam proses penyusunan skripsi. Jika skripsi benar-benar dikerjakan dengan kemampuan diri sendiri, mengikuti proses dari awal hingga akhir dengan benar, maka setelah skripsi selesai, kita akan terlahir menjadi "manusia baru". Ya, manusia yang ilmiah, mampu menulis dan mengkonsep, jujur, pekerja keras, disiplin, dan sabar, serta perilaku-perilaku positif lain. Semua itu adalah bekal untuk menjadi orang sukses di masa depan, baik di dunia kerja maupun kehidupan secara umum.

by : Sarwono Eri Darmayanto*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar