Mahasiswa sering mengeluh tentang sulitnya proses
menyusun tugas akhir atau skripsi. Mulai dari memilih masalah penelitian, penentuan
judul, proses penelitian, sampai proses bimbingan dan penulisan. Bisa
dikatakan, menyusun skripsi menentukan hidup mati mahasiswa, kalau tidak
mengikuti prosedur, maka tamat riwayatnya. Sebagian mahasiswa mengeluh proses
ini terlalu berat, bahkan menganggap skripsi adalah "momok" atau
"hantu" yang menakutkan.
Itulah masalah yang sering dialami oleh mahasiswa
di UNP Kediri. Berdasarkan pengamatan, salah satu penyebab masalah tersebut
adalah kurangnya kegiatan penelitian bagi mahasiswa. Secara personal, banyak
mahasiswa yang menganggap bahwa penelitian bukanlah sesuatu yang menarik atau
bahkan penelitian bukanlah kegiatan yang menyenagkan. Mereka hanya tahu bahwa
penelitian hanya dilaksanakan saat penyusunan tugas akhir atau skripsi. Secara
general, para dosen jarang memberikan bimbingan kepada mahasiswa untuk
melakukan penelitian secara mandiri. Ditambah lagi, Lembaga Penelitian yang
kurang aktif menyelenggarakan kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat
universitas, sebagai bentuk pembinaan secara umum dan koordinasi antar fakultas
dan program studi.
Masalah tersebut seharusnya menjadi perhatian
serius pihak lembaga; baik rektor, pembantu rektor I bidang akademik, ketua
Lembaga Penelitian, serta ketua Program Studi. Sesuai dengan visi dan misi
universitas, membentuk SDM yang berkualitas, maka harus ada tindakan nyata yang
harus dilaksanakan oleh lembaga sebagai bentuk pembimbingan penelitian ilmiah sebagai wujud Tri Darma Perguruan Tinggi.
Salah satu, tindakan yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan Lomba Karya
Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat universitas pada moment tertentu, misal Dies Natalis UNP Kediri. Dengan koordinasi
antar fakultas dan program studi, universitas dapat menyelenggarakan kegiatan
tersebut rutin setiap tahun. Tentu dengan target peserta dan reward yang dapat memotivasi kegiatan penelitian
mahasiswa.
Pengalaman pribadi saat masih menjadi mahasiswa, ketika
mengikuti kegiatan Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa (PPKTIM)
yang diselenggarakan Kopertis Wilayah VII Jawa Timur, saya banyak mengalami
kesulitan. Secara pemahaman, saya belum pernah mendapatkan teori dan praktik
penulisan karya ilmiah secara aktif. Secara pengalaman, berdasarkan pengamatan
saya para perseta dari perguruan tinggi lain banyak menguasai teori dan
melakukan kegiatan penulisan karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi masing-masing.
Kegiatan penelitian atau penulisan karya ilmiah akan
memberikan pengalaman pada mahasiswa sehingga mempermudah penyusunan tugas
akhir atau skripsi. Banyak hikmah bagi para mahasiswa sebagai calon pendidik
atau profesi guru seperti di UNP Kediri dalam kegiatan penelitian. Penulisan
karya ilmiah adalah proses pembelajaran untuk melatih otak (intelektual) dan
emosional (psikologis), seperti: melatih berpikir ilmiah, melatih menulis,
melatih kejujuran, melatih kerja keras, melatih kedisiplinan, melatih
kesabaran.
Pertama, melatih
berpikir ilmiah. Penulisan karya ilmiah merupakan program penelitian ilmiah,
maka dengan adanya kegiatan tersebut mahasiswa diajak untuk belajar bagaimana
berpikir ilmiah yakni rasional (masuk akal), empiris (berdasar pada fakta), dan
sistematis (bertahap). Bayangkan jika seorang mahasiswa memiliki nilai-nilai
seperti itu di dalam dirinya, maka ia akan menjadi seorang pengambil keputusan
yang hebat, misalnya ketika menjadi pendidik atau menjadi pimpinan di tempat ia
bekerja. Karena sudah dibiasakan berproses ilmiah maka tidak ada masalah
baginya untuk mengambil keputusan untuk sesuatu hal.
Kedua, melatih
menulis. Penelitian merupakan aktivitas menulis, mengkonsep, yang tidak bisa dihindarkan
dari diri kita. Begitu juga saat berada di dunia kerja, sebagai pemimpin harus
dapat mengkonsep rencana-rencana strategis bagi organisasinya, dan sebagai pendidik
yang kerap mengikuti instruksi pimpinan atau mengkonsep sesuatu untuk keperluan
tugas. Bayangkan, jika saat menjadi mahasiswa tidak pernah dibiasakan menulis,
maka kegiatan konsep-mengkonsep akan menjadi permasalahan yang cukup berarti.
Ketiga, melatih kejujuran. Penelitian adalah proses pembelajaran kejujuran. Mengumpulkan data harus jujur, mengolah data harus jujur, demikian juga menganalisis data. Ada praktik-praktik bahwa penulisan karya ilmiah mahasiswa dalam hal ini penyusunan skripsi tidak dirancang dengan keringat mereka sendiri. Mereka datang ke rental komputer dan membayar dengan sejumlah uang tertentu. Ini artinya mahasiswa tidak bertindak jujur. Skripsi adalah milik mahasiswa sendiri, maka yang mengerjakannyapun harus sendiri. Analoginya, ketika mahasiswa nanti sudah menikah dan ingin punya anak, bukankah ia yang berproduksi sendiri? Tidak minta orang lain untuk membuatkannya bukan?
Keempat, melatih kerja keras. Orang-orang yang sukses di dunia ini adalah mereka yang bekerja keras. Hampir tidak pernah kita mendengar ada orang malas tapi sukses dalam kehidupannya. Penelitian adalah proses untuk belajar bekerja keras. Seorang mahasiswa harus meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengumpulkan referensi, datang ke lokasi penelitian, mengumpulkan data, mengolah data, menganalisis data, bimbingan, dan seterusnya. Hanya mahasiswa-mahasiswa yang punya keinginan keras yang bisa selesai dengan baik. Bayangkan bagaimana jika seorang mahasiswa hanya malas-malasan di kost, menonton TV, sibuk keluyuran atau pacaran, tetapi malas untuk melakukan penelitian misal mengerjakan tugas akhir atau skripsia, mereka akan tertinggal dibanding dengan rekan-rekan yang bekerja keras memanfaatkan waktu mereka. Kadang-kadang ada mahasiswa yang tidak memiliki jiwa berjuang, gigih, dan mau berkorban. Mereka hanya berharap pertolongan orang lain, tidak memiliki keyakinan jika dirinya pun bisa melakukan.
Kelima, melatih
kedisiplinan. Orang yang sukses adalah orang yang disiplin. Sekolah-sekolah ternama
dan profesional membutuhkan orang-orang seperti ini. Seandainya sekolah tidak
menerapkan disiplin, maka pekerjaan akan terbengkalai dan ini akan menjadi
catatan merah seorang pendidik atau guru dengan predikat tidak profesional. Demikian
halnya dalam kegiatan penulisan karya ilmiah. Proses mengerjakan penulisan
karya tulis ilmiah memerlukan kedisiplinan tinggi. Kita harus pandai
merencanakan waktu dan taat kepada rencana yang telah dibuat. Misalnya kapan
harus mengajukan judul, proses pengumpulan data, dan bimbingan dengan dosen. Selesai
bimbingan dengan dosen, kita perlu memaksakan diri untuk segera menyempurnakan
hasil koreksi dosen agar karya tulis ilmiah selesai sesuai target.
Keenam, melatih kesabaran.
Kadang-kadang proses skripsi cukup menyita emosional, seperti timbulnya stress
karena menerima amarah dari dosen, kritisnya dosen dalam membimbing, belum lagi
jika mengalami kesulitan dalam menjumpai dosen. Sebagai seorang manusia normal
maka akan timbul feedback berupa
benci, marah, dendam, dan perilaku psikologis lainnya kepada sang dosen. Namun
tentu saja sebagai murid perlu patuh dan taat kepada sang dosen. Kita perlu
bersikap bagaimana agar sang dosen tidak marah kepada kita saat berbicara
kepada mereka, menemui, menelpon, atau memohon waktu kepadanya untuk bisa
membimbing penelitian. Bagi sebagian dosen yang memiliki frekuensi kesibukan
cukup tinggi, tentu akan mudah terpancing emosinya. Mahasiswa perlu memahami
hal tersebut. Anggap saja angin lalu jika dosen meluapkan emosi. Paling-paling
hanya sebatas itu saja, jarang ditemui dosen membawa emosinya sepanjang waktu,
ia mudah melupakan kejadian sebelumnya. Hari-hari mendatang ia akan bersikap
normal kembali.
by : Sarwono Eri Darmayanto*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar