Jumat, 06 Juli 2012

Surat untuk Bidadari



Kunyalakan sebatang rokok dengan ujung jariku .Kuhisap dalam –dalam , lalu kulafaskan keudara dengan hati yang penuh amarah. Luka demi luka yang aku alami terasa bagaikan ombak yang yang siap menerjang tanpa rasa ampun . “ Kamu itu hanya anak seorang lonte, yang bunuh diri begitu saja karena rasa malunya!!!!” .Aku ingin sekali menghajar mulut laki –laki sial  itu dan meludahi mukanya yang begitu menjijikan. Tapi laki – laki itu Ayahku . Setiap kata yang dia ucapkan selalu membuat duniaku terasa hancur. Sesungguhnya aku tidak tidak terima dia memanggil Ibuku dengan panggilan lonte. Rasa bencinya itu beawal dari meninggalnya Ibuku dipelukan laki –laki lain karena over dosis narkoba. Itu merupakan kenyataan yang begitu suram …
        Aku benar –benar ingin menumpahkan semua keluh kesahku dan mengirim surat untuk bidadari

Aku memiliki jiwaku sendiri setiap aku melayang dengan menghirup thiner.Kuembuskan nafas panjang dan membaringkan tubuhku di bawah lantai , Aku melakukannya tidak pernah sendiri selalu kulakukan  dengan sahabat –sahabatku . Mungkin mereka kumpulan manusia liar yang terdesak oleh himpitan hidup yang menelanjangi kebahagiaan mereka , tetapi mereka adalah sahabatku.Dengan keadaan yang masih sangat sempoyongan, ada seorang pria yang memanggil dan mendatangi kami . Seseorang disampingku berbisik “ Wen dia itu salah satu orang yang di cari polisi dia itu pengedar”.Aku tidak begitu menghiraukannya sekalipun suaranya begitu jelas pikirku  masa bodoh. Badanku waktu itu begitu nyeri bahkan aku rasakan kesemutan mejalari semua inci tubuhku .Sesekali aku sempatkan tertawa geli karena begitu nikmatnya .
Tetapi sesungguhnya aku hanya ingin menumpahkan semua keluh kesahku dan mengirimkan surat untuk bidadari.

“Wendi….!!!!”. Ada seorang wanita berteriak dan menghampiriku .dengan tangisnya dia memohon agar aku mengikuti kata – katanya . Dia menarik tanganku dan mengatakan bahwa Roy yang merupakan sahabatku habis dipukuli ,Yang memukulinya  adalah Geng Libel yang merupakan geng motor yang paling diwaspadai di tempatku .Aku berlari sekencang yang aku bias , sesampainnya disana aku menendang perut salah satu pria berbaju SMA yang aku yakin bagian dari kelompok Libel.Dari belakang kurasakan begitu keras tinju yang menghantam punggungku, seketika itu tubuhku ambruk , begitu jelas aku rasakan sepatu mereka yang menginjak wajahku . Ingin rasanya aku meneriakan kata ampun…, tetepi aku yakin meskipun kata itu aku teriakkan berkali kali mereka tidak akan berhenti memukulku dan menendangiku.
Aku ingin meminta tolong kepada bidadari,megerimkan surat dan mengadukan perbuatan mereka itu.
Samar kudengar suara itu , seorang wanita yang begitu menghanyutkan itu memanggilku”Wen…Wen…Wendi”.. Aku rindu dengan wanita itu sungguh –sungguh rindu . Namun tiba –tiba aku terbangun , aku berada disebuah ruangan kanan kiri aku mencium obat .Ruangan itu sangat sunyi ,aku mencoba mengerakkan tubuhku dan aku rasakan sakit dibagian infuse tanganku, tanganku sedang diinfus.Dan tiba –tiba seorang datang dengan membawa bingkisan, bingkisan itu diberikannya kepada ku. Aku membongkar bingkisan itu dan menemukan sepucuk surat . Dengan hati yang pasti aku baca perlahan surat itu dan air mataku meleleh bagaikan bola –bola salju yang tertiup angina musim panas.Surat itu menyiratkan jutaan permintaan maaf seorang ayah kepada putranya karena tidak berhasil menjadi orang tua yang baik. Didalam benakku terdapat  begitu besar rasa benci untuknya dan perasaan itu menguasai diriku setiap hari. Dan Alunan kakinya mulai memasuki ruangan ini .
Surat itu seolah menuntunku untuk bangkit, rasa benciku yang mungkin lebih besar dari gundukan pasir di tubir pantai serasa lenyap tertiup angina musim semi. Sekarang aku saying bahkan benar –benar sayang kepada lelaki yang berdiri disampingku dan laki –laki itu adalah ayahku
Aku ingin berlari  menunjukkan suratku ini kepada bidadari, Kemudian  kembali kedalam mimpi untuk meyakinkan betapa besar rasa cintaku dan ayah kepada bidadari yang tenggelam di dalam dunia lamanya.

By: Wendhy Rachmadhany

Tidak ada komentar:

Posting Komentar