Kunyalakan sebatang rokok
dengan ujung jariku .Kuhisap dalam –dalam , lalu kulafaskan keudara dengan hati
yang penuh amarah. Luka demi luka yang aku alami terasa bagaikan ombak yang
yang siap menerjang tanpa rasa ampun . “ Kamu itu hanya anak seorang lonte,
yang bunuh diri begitu saja karena rasa malunya!!!!” .Aku ingin sekali
menghajar mulut laki –laki sial itu dan
meludahi mukanya yang begitu menjijikan. Tapi laki – laki itu Ayahku . Setiap
kata yang dia ucapkan selalu membuat duniaku terasa hancur. Sesungguhnya aku
tidak tidak terima dia memanggil Ibuku dengan panggilan lonte. Rasa bencinya
itu beawal dari meninggalnya Ibuku dipelukan laki –laki lain karena over dosis
narkoba. Itu merupakan kenyataan yang begitu suram …
Aku benar –benar ingin menumpahkan semua keluh
kesahku dan mengirim surat untuk bidadari
Aku memiliki jiwaku sendiri
setiap aku melayang dengan menghirup thiner.Kuembuskan nafas panjang dan
membaringkan tubuhku di bawah lantai , Aku melakukannya tidak pernah sendiri
selalu kulakukan dengan sahabat –sahabatku
. Mungkin mereka kumpulan manusia liar yang terdesak oleh himpitan hidup yang
menelanjangi kebahagiaan mereka , tetapi mereka adalah sahabatku.Dengan keadaan
yang masih sangat sempoyongan, ada seorang pria yang memanggil dan mendatangi
kami . Seseorang disampingku berbisik “ Wen dia itu salah satu orang yang di
cari polisi dia itu pengedar”.Aku tidak begitu menghiraukannya sekalipun
suaranya begitu jelas pikirku masa
bodoh. Badanku waktu itu begitu nyeri bahkan aku rasakan kesemutan mejalari
semua inci tubuhku .Sesekali aku sempatkan tertawa geli karena begitu nikmatnya
.
Tetapi sesungguhnya aku hanya
ingin menumpahkan semua keluh kesahku dan mengirimkan surat untuk bidadari.
“Wendi….!!!!”. Ada seorang wanita
berteriak dan menghampiriku .dengan tangisnya dia memohon agar aku mengikuti
kata – katanya . Dia menarik tanganku dan mengatakan bahwa Roy yang merupakan
sahabatku habis dipukuli ,Yang memukulinya
adalah Geng Libel yang merupakan geng motor yang paling diwaspadai di
tempatku .Aku berlari sekencang yang aku bias , sesampainnya disana aku
menendang perut salah satu pria berbaju SMA yang aku yakin bagian dari kelompok
Libel.Dari belakang kurasakan begitu keras tinju yang menghantam punggungku,
seketika itu tubuhku ambruk , begitu jelas aku rasakan sepatu mereka yang
menginjak wajahku . Ingin rasanya aku meneriakan kata ampun…, tetepi aku yakin
meskipun kata itu aku teriakkan berkali kali mereka tidak akan berhenti
memukulku dan menendangiku.
Aku ingin meminta tolong
kepada bidadari,megerimkan surat dan mengadukan perbuatan mereka itu.
Samar kudengar suara itu ,
seorang wanita yang begitu menghanyutkan itu memanggilku”Wen…Wen…Wendi”.. Aku
rindu dengan wanita itu sungguh –sungguh rindu . Namun tiba –tiba aku terbangun
, aku berada disebuah ruangan kanan kiri aku mencium obat .Ruangan itu sangat
sunyi ,aku mencoba mengerakkan tubuhku dan aku rasakan sakit dibagian infuse
tanganku, tanganku sedang diinfus.Dan tiba –tiba seorang datang dengan membawa
bingkisan, bingkisan itu diberikannya kepada ku. Aku membongkar bingkisan itu
dan menemukan sepucuk surat . Dengan hati yang pasti aku baca perlahan surat
itu dan air mataku meleleh bagaikan bola –bola salju yang tertiup angina musim
panas.Surat itu menyiratkan jutaan permintaan maaf seorang ayah kepada putranya
karena tidak berhasil menjadi orang tua yang baik. Didalam benakku
terdapat begitu besar rasa benci
untuknya dan perasaan itu menguasai diriku setiap hari. Dan Alunan kakinya
mulai memasuki ruangan ini .
Surat itu seolah menuntunku
untuk bangkit, rasa benciku yang mungkin lebih besar dari gundukan pasir di
tubir pantai serasa lenyap tertiup angina musim semi. Sekarang aku saying
bahkan benar –benar sayang kepada lelaki yang berdiri disampingku dan laki –laki
itu adalah ayahku
Aku ingin berlari
menunjukkan suratku ini kepada bidadari, Kemudian kembali kedalam mimpi untuk meyakinkan betapa
besar rasa cintaku dan ayah kepada bidadari yang tenggelam di dalam dunia
lamanya.
By: Wendhy
Rachmadhany
Tidak ada komentar:
Posting Komentar