Profesor
Toshiko Kinosita mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat
lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena
pemerintah selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas
terpenting. Tidak ditempatkannya pendidikan sebagai prioritas terpenting karena
masyarakat Indonesia, mulai dari yang awam hingga politisi dan pejabat
pemerintah, hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan
tidak pernah berfikir panjang. Pendapat Guru Besar Universitas Waseda Jepang
tersebut sangat menarik untuk dikaji mengingat saat ini pemerintah Indonesia
mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka panjang, setelah selama ini
pendidikan terabaikan. Salah satu indikatornya adalah telah disetujuinya oleh
MPR untuk memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN atau APBD.
Langkah ini merupakan awal kesadaran pentingnya pendidikan sebagai investasi
jangka pangjang. Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan
pendidikan sebagai investasi jangka panjang.
Pertama, pendidikan adalah alat
untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis
manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah
fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global.
Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan
ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi
yang kompetitif. Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang
maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang
berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak
berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya
keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu
tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup.
Inilah sebenarnya arah kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan
broad based education yang dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini.
Di Amerika
Serikat (1992) seseorang yang berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per
tahun sebesar 55 juta dollar, master 40 juta dollar, dan sarjana 33 juta
dollar. Sementara itu lulusan pendidikan lanjutan hanya berpanghasilan
rata-rata 19 juta dollar per tahun. Pada tahun yang sama struktur ini juga
terjadi di Indonesia. Misalnya rata-rata, antara pedesaan dan perkotaan,
pendapatan per tahun lulusan universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta
rupiah, SLTA 1,9 juta rupiah, dan SD hanya 1,1 juta rupiah. Sumber daya manusia
yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama
untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka
semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan
telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya
manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan
nasional.
Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai
balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang
lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan
diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Di negara-negara
sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai balik terhadap investasi pendidikan
relatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik yaitu 20 % dibanding 15 %.
Sementara itu di negara-negara maju nilai balik investasi pendidikan lebih
rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9 % dibanding 13 %. Keadaan ini
dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang terampil dan
ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan
kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan menyebabkan nilai balik
terhadap pendidikan juga tinggi.
Itulah
sebabnya Profesor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indonesia
adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih. Proses pendidikan
pada pendidikan dasar setidaknnya bertumpu pada empat pilar yaitu learning to
know, learning to do, leraning to be dan learning live together yang dapat dicapai melalui delapan
kompetensi dasar yaitu membaca, menulis, mendengar, menutur, menghitung, meneliti, menghafal dan menghayal. Anggaran pendidikan nasional
seharusnya diprioritaskan untuk mengentaskan pendidikan dasar 9 tahun dan bila perlu diperluas menjadi 12
tahun. Selain itu pendidikan dasar seharusnya “benar-benar” dibebaskan dari
segala beban biaya. Dikatakan “benar-benar” karena selama ini wajib belajar 9
tahun yang dicanangkan pemerintah tidaklah gratis. Apabila semua anak usia
pendidikan dasar sudah terlayani mendapatkan pendidikan tanpa dipungut biaya,
barulah anggaran pendidikan dialokasikan untuk pendidikan tingkat selanjutnya.
Ketiga, investasi dalam bidang
pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi
sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan.
Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap
perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang
berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk
mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.
Fungsi politis merujuk pada
sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang
berbeda. Misalnya pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk
mengembangkan sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang positif untuk melatih
warga negara yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang berpendidikan
diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya
semakin demoktratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan memiliki
kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik dibandingkan
dengan yang kurang berpendidikan.
Fungsi budaya merujuk pada
sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan
sosial yang berbeda. Pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk
mengembangkan kreativitasnya, kesadaran estetis serta untuk bersosialisasi
dengan norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang
berpendidikan diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan dan
pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap
keanekaragaman budaya. Dengan demikian semakin banyak orang yang berpendidikan
diharapkan akan lebih mudah terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya akan
terjadi integrasi budaya nasional atau regional.
Fungsi kependidikan merujuk
pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan
pada tingkat sosial yang berbeda. Pada tingkat individual pendidikan membantu
siswa belajar cara belajar dan membantu guru cara mengajar. Orang yang
berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat (life
long learning), selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu pengetahuan serta
teknologi sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.
Di kalangan masyarakat luas
juga berlaku pendapat umum bahwa semakin berpendidikan maka makin baik status
sosial seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan
lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan. Orang yang berpendidikan
diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang berorientasi pada
kepentingan jangka panjang. Orang yang berpendidikan diharapkan tidak memiliki
kecenderungan orientasi materi/uang apalagi untuk memperkaya diri sendiri.
Kesimpulan
Jelaslah bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi. Selama orde baru kita selalu bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu hancur lebur karena tidak didukung oleh adanya sumber daya manusia yang berpendidikan. Orde baru banyak melahirkan orang kaya yang tidak memiliki kejujuran dan keadilan, tetapi lebih banyak lagi melahirkan orang miskin. Akhirnya pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati sebagian orang dan dengan tingkat ketergantungan yang amat besar.
Jelaslah bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi. Selama orde baru kita selalu bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu hancur lebur karena tidak didukung oleh adanya sumber daya manusia yang berpendidikan. Orde baru banyak melahirkan orang kaya yang tidak memiliki kejujuran dan keadilan, tetapi lebih banyak lagi melahirkan orang miskin. Akhirnya pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati sebagian orang dan dengan tingkat ketergantungan yang amat besar.
Perkembangan ekonomi akan
tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab,
rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu
merupakan indikator hasil pendidikan yang baik. Inilah saatnya bagi negeri ini
untuk merenungkan bagaimana merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik
untuk mendukung perkembangan ekonomi. Selain itu pendidikan juga sebagai alat
pemersatu bangsa yang saat ini sedang diancam perpecahan. Melalui fungsi-fungsi
pendidikan di atas yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi
budaya, dan fungsi kependidikan maka negeri ini dapat disatukan kembali. Dari
paparan di atas tampak bahwa pendidikan adalah wahana yang amat penting dan
strategis untuk perkembangan ekonomi dan integrasi bangsa. Singkatnya
pendidikan adalah sebagai investasi jangka panjang yang harus menjadi pilihan
utama.
Bila demikian, ke arah mana
pendidikan negeri ini harus dibawa? Bagaimana merencanakan sebuah sistem
pendidikan yang baik? Marilah kita renungkan bersama.
in warta nusantara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar